Membangun Dan Melestarikan Kesenian Tradisional

Sepulang menjalankan aktivitasnya mengurusi masyarakat. Sahridin duduk santai di Gedung Balai
Rakyat yang berada di dekat rumahnya, sebuah gendang rebana (tarbang) diambilnya dari gudang
perlengkapan Sanggar Seni. Seniman muda sekaligus Kepala Desa Balida Kecamatan Paringin
Kabupaten Balangan ini kemudian menepuknya dengan nada tepukan yang khas tradisional sambil
melantunkan syair-syair madihin.
Bamadihinan adalah salah satu hobi Sahridin. Sedangkan hobi lainnya adalah mengikuti seni
tradisional Banjar lainnya bersama sejumlah warga di Sanggar Seni dekat rumahnya. Di Sanggar Seni
Balida Satria itu mereka memainkan sejumlah kesenian tradisional seperti wayang gung, kuda
gepang, kuntau, musik panting dan mamanda.
Sahridin kerap ke sana karena dia adalah ketua sanggar seni. Pria kelahiran Balida, 1 Oktober 1983
ini memang ingin melestarikan kesenian tradisional Banjar melalui sanggar seni yang dibentuknya
dua tahun lalu. Apalagi dia punya latar belakang pendidikan strata satu Program Studi Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (Prodi PBSID).
“Kalau ada waktu luang atau di sela-sela kesibukan, saya sering melantunkan madihin di rumah,”
kata mantan Nanang Galuh (NAGA) Banjar Kalimantan Selatan 2007.
Menurut Sahridin, melestarikan kesenian tradisional merupakan beban moral baginya, karna pada
tahun 2010 dia pernah di beri penghargaan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
yang saat itu dijabat oleh Dr. Andi A. Malarangeng yaitu memberikan pengharhaan sebagai Pemuda
Pelopor Bidang Seni Budaya dan Pariwisata. Adapun penghargaan lain Sahridin juga pernah
mengikuti berbagai kegiatan kepemudaan tingkat nasional seperti Pertukaran Pemuda Antar
Provinsi (PPAP) 2006 dan Pelatihan Pemuda Pelopor Harapan 2007.

Selain penghargaan yang didapatnya ditingkat nasional, Sahridin juga banyak meraih prestasi baik
ditingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi, itu dibuktikan dengan banyaknya piagam
penghargaan dan piala-piala dirumahnya.
Menurut putra asli Desa Balida ini, aktivitasnya sebagai Kepala Desa bisa menjadi bahan
bamadihinan. Sebaliknya, syair madihin bisa digunakan untuk menyosialisasikan kebijakannya
sebagai kades dan kebijakan pemerintah.
Sanggar seninya juga kerap diundang mengisi acara masyarakat, instansi pemerintah dan swasta
seperti acara perpisahan, ulang tahun, pengukuhan, sunatan atau perkawinan. Sebelum dirinya
membentuk sanggar seni di desa, Sahridin tampil madihin selalu

individu atau perorangan walaupun
dia pernah tampil satu grup dengan seniman madihin dari Tabalong saat pembukaan MTQ tingkat
Kabupaten di Balangan.
Apalagi mulai tahun 2017, Sanggar Seni Balida Satria mendapat sejumlah perlengkapan pendukung
yang dibeli dengan menggunakan anggaran dana desa yang termuat di Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) lewat musyawarah desa.
“Dengan adanya sanggar seni ini, kami berharap pemuda desa bisa belajar berbagai kesenian
tradisional banjar. Sehingga kesenian tradisional tetap terlestari khususnya di Desa Balida dan juga
masyarakat pun tahu mengenai kesenian lokal ini, karena masih banyak seniman-seniman senior
yang masih ada di balida yang akan membina para pecinta seni tradisional. Tentunya ini juga
memudahkan masyarakat yang punya hajatan nantinya,” kata mantan totur pengajar seni budaya di
paket B dan paket C di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Balangan ini.


Komentar

Postingan Populer