Tradisi Baahui yang Hilang di Desa Balida

Desa Balida - Dulunya Desa Balida mempunyai tradisi yang sangat unik yaitu tradisi saat musim panen padi telah tiba yang dinamakan Baahui. Baahui adalah acara berbalas pantun pada saat merontokkan padi yang baru dipanen. Biasanya acara ini dilaksanakan pada malam hari dengan dihadiri oleh masyarakat sekitar sebagai penontonnya.

Dalam acara baahui terdapat dua kelompok perontok padi yang terdiri dari empat atau lima orang perkelompok. Dua kelompok ini beradu pantun sambil kaki bermain merontokkan padi yang diletakkan di atas panggung.

Dua kelompok yang akan baahui ini masing-masing menempati karampatai (panggung) yang disediakan berseberangan. Lantai panggung itu dibuat jarang (berjarak) dan dibawah panggung disediakan tikar tempat manampung butir padi berguguran hasil injakan kaki di atas panggung.

Untuk menentukan kelompok mana yang memulai atau menyudorkan pantunnya diadakan undian. Yang menang memulai mengucapkan pantunnya. Setelah itu terjadilah surungkupak (saling berbalas) pantun. Jika di antara salah satu kelompok tidak dapat membalas, maka terdengarlah teriakan "ahu-ahui" (yel-yel) dari kelompok yang menyodorkan pantun. "Ahui-ahui" juga akan terdengar lantang dari lawan bila mereka dapat membalas pantun yang dilemparkan kepada mereka.

Contoh Pantun Baahui:

Surung :
Kayu bangkawan dalam parahu
Daun kalaras di puntal-puntal
Amunya kawan bujuran tahu
Hiwan apa nang paling ganal

Balas/Jawab :
Daun kalaras di puntal-puntal
Tutujah ulak batangkai amas
Hiwan apa nang paling ganal
Gajah bangkak mati lamas

(Ura ahui-ahui, ura ahui-ahui)

 Saat ini masyarakat Desa Balida ingin kembali melestarikan budaya dan tradisi baaui tersebut. Apa lagi nantinya akan di dukung oleh Pemerintah Desa Terutama Kepala Desa Balida. (Admin/MR)

Sumber : Sahridin (Sastrawan Banua)


Komentar

Postingan Populer